Sunday, November 04, 2007

“Perkosaan” Hak Siar Liga Inggris oleh Astro

Oleh : Dian Karyati Pamungkas

Penulis adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


Kita semua pasti belum bisa lepas dari kasus monopoli siaran Liga Inggris oleh Astro. Dimana Astro telah membeli hak siar tayangan tersebut dari ESS. ESS merupakan perusahaan yang didirikan oleh ESPN dan Star Sport yang memegang hak siar eksklusif Liga Inggris.

Astro telah melanggar hak publik untuk menonton siaran Liga Inggris. Sebelumnya para penggemar Liga Inggris dapat melihat acara tersebut dengan mudah. Karena acara tersebut dapat dilihat melalui televisi terrestrial atau televisi nonbayar yaitu Trans-7. Selain itu acara tersebut juga dapat disaksikan melalui televisi berlangganan yaitu saluran ESPN dan Star Sport yang dapat diakses melalui Indovision, Kabelvision, dan telkomvision.

Dengan adanya “perkosaan” Astro terhadap hak siar Liga Inggris ini telah mengubah semuanya. Siapapun yang ingin menyaksikan seluruh pertandingan Liga Inggris harus merogoh uang sebesar Rp. 200.000,00 per bulan. Bagaimana dengan publik yang tidak berlangganan Astro, tentu saja hanya bisa gigit jari. Mereka hanya bisa melihat cuplikan beritanya saja.

Padahal dari 370 pertandingan yang akan disiarkan oleh Astro pastinya tidak akan dilihat semuanya oleh publik. Mereka pasti hanya ingin melihat tim-tim kesayangannya saja atau ketika ada jadwal pertandingan “big match” misalnya MU vs Arsenal. Jadi ketika mereka harus mengeluarkan uang 200 ribu selama sebulan pasti keberatan, lebih-lebih bagi orang-orang yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Apa yang dilakukan astro juga telah mematikan akses operator berbayar lainnya seperti Telkomvision, Indovision IM2 maupun Kabelvision yang pada musim sebelumnya dapat menayangkan siaran Liga Inggris. Ketiga operator tersebut juga telah melaporkan Asto kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dengan dugaan atas hak siar Liga Inggris. Dilaporkan juga bahwa ada konspirasi antara ESS dan Astro dalam pemberian hak eksklusif Liga Inggris karena ESS hanya menawarkan kepada Astro sedangkan tiga operator tersebut tidak pernah diundang dalam tender tersebut.

Komoditas seperti tayangan Liga Inggris ini merupakan kunci sukses permainan para konglomerasi media. Dan dengan penggunaan teknologi media inilah para konglomerasi media memperoleh keuntungan yang berlipat.

Karena dengan monopoli siaran Liga Inggris seperti yang telah dilakukan Astro ini, mau tidak mau publik harus berlangganan Astro. Apalagi jika publik menginginkan melihat seluruh pertandingan Liga Inggris.

Meskipun saat ini Astro bersedia membagi akses tayangan dengan televisi nonbayar dalam hal ini yang memenangkan tender adalah Lativi. Namun dari satu siaran langsung dan dua siaran tunda hasil dari “kebaikan” Astro hanya merupakan pertandingan-pertandingan yang bisa dikatakan “ecek-ecek”. Sedangkan pertandingan-pertandingan big match jarang sekali diberikan. Jadi tetap saja “kebaikan” Astro yang mau berbagi ini perlu dipertanyakan.

Akhirnya lingkungan semakin berkembang tidak teratur dimana Astro dilaporkan dengan dugaan monopoli. Dominasi tayangan yang telah dilakukan Astro ini menyebabkan akses tidak seimbang di kalangan publik. Dan ini memperlihatkan bagaimana dominasi media global terhadap media-media lain. Dimana media-media tersebut terus berkembang dan dikuasai oleh segelintir media konglomerasi transnasional.


Referensi :

Deveroux, Eoin. 2003. Understanding the Media. Sage Publication. London
Kompas. Jum’at, 14 September 2007
Koran tempo. Kamis, 23 Agustus 2007